Biopelet merupakan jenis bahan bakar yang terbuat dari limbah ampas, seperti serbuk kayu, serabut kelapa, ampas kopi, dan bahan organik lainnya. Energi yang dihasilkan dari biopelet bertujuan untuk mengurangi akumulasi limbah serbuk kayu yang tidak terpakai, sehingga mencegah pembentukan gas metana atau efek rumah kaca yang disebabkan oleh oksidasi limbah tersebut.
Halo Sobat SHA SOLO Dengan perkembangan zaman, kita melihat semakin banyak bahan bakar alternatif yang muncul. Bahan bakar alternatif terus diperbarui dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada.
Salah satu contohnya adalah biopelet, bahan bakar alternatif yang dianggap lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Biopelet berasal dari limbah ampas, seperti serbuk kayu, serabut kelapa, asam kopi, dan lainnya.
Jadi, apa sebenarnya biopelet itu? Semua penjelasannya akan diuraikan secara lengkap dalam artikel ini. Ayo, kita simak bersama!
Bahan Baku Biopelet
Bahan baku biopelet berasal dari limbah ampas yang dapat dijadikan sumber energi alternatif. Serbuk kayu, misalnya, diambil dari hasil pengolahan kayu atau limbah kayu lainnya, seperti sisa produksi mebel atau industri kayu. Penggunaan serbuk kayu sebagai bahan baku biopelet membantu mengurangi limbah dari industri pengolahan kayu, sementara kandungan serat kayu memberikan nilai kalor yang baik, menjadikannya bahan bakar yang efisien.
Selanjutnya, limbah serabut kelapa juga sering dimanfaatkan sebagai bahan baku biopelet. Limbah ini berasal dari industri pengolahan kelapa, seperti produksi kelapa parut atau pengolahan sabut kelapa. Pemanfaatan serabut kelapa sebagai bahan baku biopelet membantu mengurangi limbah kelapa yang sulit terurai dan tingginya kandungan serat pada serabut kelapa memberikan kontribusi positif terhadap nilai kalor biopelet.
Ampas kopi, yang berasal dari sisa proses pengolahan biji kopi, seperti pembuatan kopi bubuk atau kopi instan, juga menjadi bahan baku biopelet. Penggunaan ampas kopi dalam biopelet memberikan nilai tambah pada limbah kopi, mengurangi dampak lingkungan dari sisa produksi kopi, dan kandungan minyak dalam ampas kopi dapat meningkatkan efisiensi pembakaran biopelet.
Selain itu, beberapa jenis limbah organik lainnya, seperti jerami atau limbah pertanian, dapat dijadikan bahan baku biopelet. Pemanfaatan limbah pertanian untuk biopelet membantu mengelola sisa produksi pertanian yang umumnya terbuang begitu saja. Diversifikasi bahan baku ini memberikan fleksibilitas produksi biopelet dan mendukung prinsip daur ulang dan pengurangan limbah.
Prinsip Pembuatan Biopelet
Biopelet dibuat melalui suatu alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara terus menerus yang mendorong bahan yang telah dikeringkan untuk melewati lingkaran baja berlubang dengan ukuran tertentu. Bahan baku berupa serbuk dihaluskan melalui penyaringan ukuran tertentu.
Langkah selanjutnya, serbuk yang telah dihaluskan dicampurkan dengan perekat dan diaduk secara merata hingga menjadi adonan. Adonan yang telah terbentuk kemudian dicetak dan dipadatkan. Pada tahap terakhir, dilakukan pengeringan pada suhu tertentu hingga dihasilkan biopelet dengan kadar air yang diinginkan.
Biopelet yang dihasilkan memiliki bentuk serbuk gergajian, memberikannya keunggulan dibandingkan pelet dari biomassa. Proses produksi ini memastikan kualitas biopelet yang optimal dengan menggunakan bahan baku yang telah diproses secara hati-hati dan efisien.
Bentuk fisik biopelet dapat dilihat pada gambar di atas, yang menunjukkan pembuatan pelet menggunakan serbuk kayu. Umumnya, pelet biopelet memiliki bentuk silinder dengan diameter maksimum 25 mm.
Proses pembuatan biopelet melibatkan tiga tahap utama, yaitu extruding, briquetting, dan pelleting. Tahap pertama, extruding, melibatkan pemampatan bahan menggunakan ulir atau piston, mengubahnya menjadi bentuk padat.
Pada tahap briquetting, terbentuk produk dengan bentuk tabung sesuai dengan gambar di atas, dengan ukuran diameter dan tinggi yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.
Tahap terakhir adalah pelleting, di mana bahan mengalir dengan tekanan tinggi dan berputar menuju pencetak biopelet, membentuk pelet dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Proses ini memastikan kualitas dan konsistensi biopelet yang dihasilkan.
Dengan demikian, kita telah membahas pengertian, bahan baku, kegunaan, dan bentuk fisik dari biopelet. Kehidupan manusia terus mengandalkan energi dari berbagai bahan bakar di bumi ini. Namun, realitasnya, kemungkinan bahwa bahan bakar tersebut akan habis tidak dapat diabaikan.
Sebagai solusi atas permasalahan ini, bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan menjadi pilihan untuk menjaga keberlanjutan bumi. Oleh karena itu, disarankan untuk selalu menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti Biosolar B35.
Bagi keperluan industri, Solar Industri menyediakan Biosolar B35 dengan kualitas terbaik. Mengadopsi bahan bakar alternatif ini adalah langkah positif dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem.