Ketika kebakaran terjadi, sangat penting untuk menguasainya saat api masih kecil, karena semakin besar api, semakin sulit memadamkannya. Tindakan cepat dalam pemadaman api dapat sangat efektif. Pengetahuan tentang jenis alat pemadam api yang sesuai dengan materi yang terbakar juga sangat penting.
Pastikan untuk mengetahui lokasi tempat pemadam api, serta perlengkapan pemadam api seperti selang air, selimut api, dan fasilitas cuci muka/mandi di area tempat Anda bekerja. Hindari memindahkan alat pemadam kebakaran dari lokasi yang ditentukan tanpa persetujuan dari personel keamanan, kecuali untuk penanggulangan bahaya kebakaran yang mendesak.
Pastikan tidak ada benda yang menghalangi akses ke alat pemadam kebakaran. Selalu pastikan bahwa pemadam api tersedia jika dibutuhkan, terutama dalam pekerjaan yang melibatkan panas. Laporkan segera kepada petugas keamanan jika ada kerusakan pada alat pemadam api. Ini adalah langkah-langkah penting untuk memastikan keselamatan di tempat kerja.
PENYEBAB KEBAKARANย ย
Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen berikut:
- Bahan Mudah Terbakar: Ini dapat berupa bahan padat, cair, atau gas seperti kayu, kertas, tekstil, bensin, minyak, atau asetilen.
- Suhu Tinggi: Disebabkan oleh sumber panas seperti sinar matahari, listrik (korsleting, panas dari energi mekanik seperti gesekan), reaksi kimia, atau kompresi udara.
- Kandungan Oksigen yang Cukup: Dengan kandungan oksigen yang cukup dalam udara, api dapat berkembang. Kandungan oksigen di bawah 12% tidak akan memungkinkan terjadinya kebakaran. Normalnya, udara memiliki kandungan oksigen sekitar 21%.
Jika salah satu dari tiga elemen ini tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, kebakaran tidak akan terjadi. Oleh karena itu, api dapat dipadamkan dengan tiga cara:
- Menurunkan Suhu Dibawah Suhu Pembakaran: Suhu dapat dikurangi untuk mencegah atau memadamkan kebakaran.
- Menghilangkan Zat Asam: Menghilangkan zat asam yang dapat memicu atau memperkuat api.
- Menjauhkan Bahan Mudah Terbakar: Menjauhkan bahan yang mudah terbakar dari sumber panas atau menghentikan paparan mereka terhadap elemen api.
KLASIFIKASI JENIS KEBAKARAN
Pembagian atau klasifikasi kebakaran yang berlaku di Indonesia mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
- Golongan A mencakup kebakaran bahan padat, kecuali logam, seperti kertas, plastik, karet, kain, kayu, dan stereoform. Tepung kimia kering, goni basah, tanah lumpur, dan pasir dapat efektif digunakan untuk menangani jenis kebakaran ini.
- Golongan B melibatkan kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti BBM, gas LPG, spirtus, dan alkohol dengan kadar tinggi. Penggunaan air dilarang dalam penanganan kebakaran ini, karena dapat memperbesar api. Media pemadam yang disarankan melibatkan penggunaan bahan kimia kering.
- Golongan C terkait dengan kebakaran instalasi listrik bertegangan, seperti instalasi listrik rumah tangga, sambungan kabel, perangkat elektronik, dan mesin-mesin. Penggunaan air tidak dianjurkan, dan disarankan untuk menggunakan bahan kimia kering, APAR, atau karbon dioksida (CO2) dalam penanganan kebakaran di ruangan ini.
- Golongan D mencakup kebakaran logam, seperti alumunium dan magnesium, biasanya terjadi di lingkungan industri, manufaktur, atau laboratorium. Penggunaan bahan kimia kering, pasir halus, dan kering disarankan untuk menangani jenis kebakaran ini.
- Golongan E disebabkan oleh arus pendek pada peralatan elektronik. Pemadam api yang efektif untuk kebakaran jenis ini melibatkan penggunaan tepung kimia kering (dry powder), namun perlu diingat bahwa pemadam jenis ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik karena sifat lengketnya. Oleh karena itu, pemadam api berbahan clean agent lebih cocok digunakan untuk meminimalkan risiko kerusakan pada peralatan elektronik.
- Golongan K terjadi akibat bahan dengan konsentrasi lemak tinggi, terutama sering terjadi di dapur. Api yang muncul dalam situasi ini dikategorikan sebagai kebakaran Klas B.
Mengetahui pengelompokan kebakaran sangat penting untuk menentukan alat pemadam api yang tepat. Penggunaan pemadam api yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kegagalan dalam upaya pemadaman api.
Sebagai contoh, pada kebakaran kelas C (listrik), sebaiknya jangan menggunakan alat pemadam jenis cair seperti air atau busa. Penggunaan alat pemadam cair dapat menyebabkan si pemadam terkena aliran listrik karena air atau busa merupakan penghantar listrik. Oleh karena itu, untuk kebakaran listrik, sebaiknya digunakan alat pemadam yang sesuai, seperti pemadam api kering, APAR, atau karbon dioksida (CO2), yang tidak mengandung air dan aman untuk digunakan pada kebakaran listrik.