Alur pelayaran adalah jalur yang ditetapkan atau direncanakan untuk pergerakan kapal di laut atau sungai. Ini mencakup rute atau jalur yang akan diikuti oleh kapal dari titik keberangkatan hingga tujuan akhirnya. Alur pelayaran biasanya ditentukan berdasarkan berbagai faktor, termasuk kedalaman air, arus laut, cuaca, serta navigasi yang aman dan efisien. Pemahaman yang baik tentang alur pelayaran sangat penting bagi kapten kapal untuk memastikan perjalanan yang lancar dan aman. Selain itu, pihak otoritas maritim juga sering kali menetapkan dan mengatur alur pelayaran untuk mengawasi lalu lintas kapal dan mencegah kecelakaan di perairan yang sibuk.
Daftar Isi
Alur Pelayaran
Alur pelayaran merupakan jalur yang didefinisikan untuk mengatur dan memandu kapal saat memasuki dan meninggalkan pelabuhan. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan keselamatan kapal selama perjalanan dari jalur pelayaran hingga akhirnya berlabuh di dermaga dengan navigasi yang aman. Ini melibatkan pengaturan rute yang optimal dan pemantauan yang ketat terhadap faktor-faktor seperti kedalaman air, arus laut, dan kondisi cuaca untuk memastikan perjalanan kapal berlangsung lancar dan aman.
Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh beberapa faktor utama:
- Kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan: Perlu dilakukan survei untuk menentukan tipe dan jumlah kapal yang akan keluar-masuk pelabuhan. Informasi ini penting untuk menyesuaikan dimensi dan karakteristik alur pelayaran serta fasilitas pelabuhan dengan kapasitas yang dibutuhkan.
- Kondisi meteorologi: Meliputi arah dan kecepatan angin serta kondisi cuaca secara umum. Informasi ini mempengaruhi navigasi kapal dan keselamatan pelayaran, sehingga perencanaan alur pelayaran harus memperhitungkan faktor-faktor cuaca ini.
- Kondisi laut: Meliputi batimetri (kedalaman laut) dan oseanografi, terutama arah dan tinggi gelombang. Pemahaman yang baik tentang kondisi laut sangat penting untuk merencanakan alur pelayaran yang aman dan efisien, serta untuk menyesuaikan infrastruktur pelabuhan dengan karakteristik lingkungan maritimnya.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan operasional kapal, menjaga keselamatan pelayaran, dan mengoptimalkan efisiensi operasional pelabuhan.
Bagian – Bagian Alur Pelayaran
Kapal yang masuk ke kolam pelabuhan melalui alur pelayaran akan mengurangi kecepatannya saat mendekati dermaga untuk berlabuh. Alur pelayaran ini biasanya ditandai dengan bantuan navigasi berupa pelampung atau lampu-lampu yang terpasang di sepanjang jalur pelayaran.
Secara umum, ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan kapal, yaitu:
- Daerah tempat kapal melempar sauh: Ini terjadi di luas pelabuhan, di mana kapal memulai atau mengakhiri pelayaran dengan melemparkan atau mengangkat sauh.
- Daerah Pendekatan: Merupakan daerah di luar alur masuk ke pelabuhan, tempat kapal mulai mendekati pelabuhan tetapi belum masuk ke dalam alur masuk utama.
- Daerah Alur Masuk: Ini adalah daerah di luar pelabuhan yang berada di dalam daerah terlindung, tempat kapal melalui jalur pelayaran menuju pelabuhan dan memasuki perairan yang lebih aman.
- Daerah Kolam Putar: Merupakan daerah di mana kapal melakukan manuver untuk berputar arah sebelum masuk ke pelabuhan atau setelah keluar dari pelabuhan. Biasanya digunakan untuk mengubah arah kapal sebelum memasuki atau meninggalkan pelabuhan.
Lay out dan Penampang Alur Pelayayaran
Daerah tempat kapal membuang sauh, yang merupakan awal atau akhir dari pelayaran, memiliki persyaratan khusus:
- Kedalaman air tidak boleh kurang dari 1,15 kali draft maksimum kapal terbesar.
- Kedalaman air juga tidak boleh melebihi 100 meter.
Selain itu, terdapat daerah lain yang penting selama pelayaran kapal:
- Daerah Pendekatan: Lokasi di luar alur masuk pelabuhan di mana kapal mulai mendekati pelabuhan.
- Daerah Alur Masuk: Wilayah di luar pelabuhan yang terlindungi tempat kapal memasuki alur pelayaran menuju pelabuhan.
- Daerah Kolam Pelabuhan: Area di dalam pelabuhan tempat kapal berlabuh atau bergerak antara dermaga untuk bongkar muat.
Arah alur pelayaran
Dalam perencanaan arah alur pelayaran, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Keteraturan Alur: Alur pelayaran sebaiknya dibuat sejajar dan sejajar mungkin, mengikuti arus alaminya.
- Penyesuaian Arah: Arah alur pelayaran sebaiknya disesuaikan dengan arah angin dan gelombang yang dominan. Ini akan membantu kapal untuk menghadapi tantangan cuaca dengan lebih baik.
- Sudut Di Alur Masuk: Di sekitar area alur masuk, alur pelayaran bisa dibuat dengan sudut tertentu (sekitar 30° – 60°) terhadap arah angin dan gelombang dominan, untuk meminimalkan gangguan saat kapal masuk ke dalam pelabuhan.
- Kebutuhan Lurus: Jika memungkinkan, alur masuk sebaiknya dirancang secara lurus, untuk memudahkan navigasi kapal dan mengurangi risiko kecelakaan.
Meskipun idealnya alur pelayaran berbentuk lurus, seringkali pembuatan tikungan diperlukan dalam perencanaan dermaga untuk mencapai ketenangan di kolam pelabuhan.
Dalam pembuatan tikungan, penting untuk memperhatikan bahwa sudut persinggungan dari garis tengah alur tidak boleh melebihi 30°. Selain itu, radius lengkung tikungan sebaiknya sekitar 4 kali atau lebih dari panjang keseluruhan kapal. Hal ini diperlukan untuk memastikan navigasi yang lancar dan keselamatan kapal saat melewati tikungan tersebut.
Kedalaman alur pelayaran
Kedalaman air di alur pelayaran yang ideal harus memenuhi dua kriteria penting:
- Cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL) dengan kapal bermuatan maksimum.
- Memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh gelombang, angin, dan arus.
Dengan memperhatikan kedua faktor ini, dapat dijamin bahwa alur pelayaran memadai untuk memastikan navigasi yang aman dan lancar bagi kapal-kapal yang melintas.
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :
Gerakan kapal karena pengaruh gelombang
Gerakan kapal relatif terhadap posisinya pada saat diam di air adalah faktor paling penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan alur pelayaran dan mulut pelabuhan.
Gerakan vertikal kapal, seperti angkatan (heaving), digunakan untuk menentukan kedalaman alur, sementara gerakan horizontalnya terhadap sumbu alur menentukan lebar alur.
Beberapa gerakan kapal yang disebabkan oleh gelombang, seperti anggukan (pitching), oleng (rolling), goyangan (swaying), sentakan (surging), dan oleng kesamping (yawing), memiliki pengaruh signifikan.
Pada kapal besar, kenaikan draf kapal karena gerakan tersebut dapat menjadi sangat besar, terutama jika frekuensi gerakan kapal sejajar dengan frekuensi gelombang.