Pemilik kendaraan bermotor sering mencari cara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar. Salah satu opsi yang sering dipertimbangkan adalah menggunakan alat penghemat atau zat aditif. Tujuannya sederhana: meningkatkan efisiensi bahan bakar dan kinerja mesin.
Alat penghemat dan aditif bahan bakar dapat dengan mudah ditemui di pasaran, baik di toko konvensional maupun platform jual-beli online. Beberapa penjual bahkan berani mengklaim bahwa produk mereka dapat mengurangi konsumsi bahan bakar mobil hingga 20 persen. Namun, pertanyaannya, sejauh mana klaim tersebut dapat dipercaya?
Hingga saat ini, belum ada penelitian atau riset akademis yang dapat membuktikan kebenaran klaim tersebut. Bahkan, Agen Pemegang Merek (APM) tidak merekomendasikan penggunaan alat penghemat atau aditif bahan bakar apa pun. Oleh karena itu, bijaklah dalam menyikapi klaim zat aditif yang berjanji menghemat BBM dalam waktu singkat.
Larangan terhadap penggunaan alat penghemat bahan bakar berkaitan dengan faktor keamanan dan keselamatan dalam berkendara. Alat ini terdiri dari kumpulan kapasitor atau komponen penyimpan muatan arus listrik yang dapat menjadi bahaya jika terjadi hubungan arus pendek atau korsleting.
Seiring waktu, alat tersebut dapat menghasilkan panas dan meningkatkan risiko meledak. Terutama jika terhubung dengan sistem kelistrikan mobil, risikonya semakin tinggi. Bahkan, pemasangan alat semacam itu dapat membahayakan seluruh bagian mobil.
Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak sembarangan memasang penghemat bahan bakar apa pun pada kendaraan Anda, termasuk alat penghemat bahan bakar, karena risikonya sangat tinggi. Begitu pula dengan aditif penghemat bensin berbentuk tablet, yang juga dapat menimbulkan risiko tersumbatnya saluran bensin.
Daftar Isi
Penghemat Bensin Cuma Mitos
Salah satu cara efisien dan cepat untuk menghemat BBM adalah dengan menggunakan zat aditif. Tujuannya adalah membuat bahan bakar lebih tahan lama. Meskipun dalam bahasa iklan mereka seringkali mengklaim dapat menghemat bensin hingga 50%, perlu diingat bahwa klaim semacam itu seringkali bersifat muluk-muluk.
Sebagian besar zat aditif menggunakan aseton, yang pada akhirnya dapat mengikis lapisan dalam tangki dan mesin jika digunakan dalam jangka waktu panjang. Oleh karena itu, bijaklah dalam mempercayai klaim zat aditif yang menyatakan dapat menghemat BBM dalam waktu singkat.
Pabrikan mobil umumnya hanya merekomendasikan produk cleaner injector yang dicampurkan langsung ke tangki bahan bakar. Cairan ini dirancang khusus untuk membersihkan saluran bensin, injektor, dan sistem pembakaran. Penggunaan octane booster juga tidak selalu direkomendasikan karena kandungan zat aditifnya yang mungkin tidak cocok untuk setiap jenis mesin.
Pabrikan merancang mesin dengan spesifikasi dan homologasi yang mempertimbangkan kondisi medan dan kualitas bahan bakar setiap negara. Seharusnya, tanpa aditif tambahan, bahan bakar di setiap wilayah dapat menyuplai kebutuhan mesin secara optimal.
Penggunaan aditif dalam bentuk pil, cairan, atau perangkat lain hanya akan menambah potensi risiko kerusakan pada mesin dan saluran bahan bakar. Aditif pil, misalnya, berisiko menyumbat jalur bahan bakar jika tidak larut dengan baik.
Aditif cairan juga memiliki risiko serupa, di mana jika tidak bercampur dengan baik, bahan bakar tidak akan memiliki kadar yang seragam, mengakibatkan pembakaran yang tidak optimal. Penggunaan octane booster sebagai aditif juga tidak sebanding dengan melakukan campuran langsung dengan bensin beroktan lebih tinggi.
Tips Menghemat Bahan Bakar Tanpa Penghemat Bensin
Daripada menggunakan alat penghemat bensin yang berisiko tinggi, lebih baik mencoba tips berikut yang mungkin dapat membantu pengguna mobil untuk menghemat penggunaan bahan bakar. Pabrikan juga merekomendasikan untuk membiasakan gaya berkendara dan penyesuaian di kendaraan agar lebih efisien dalam penggunaan bensin.
Ubah gaya berkendara
Jika Anda terbiasa dengan gaya berkendara yang agresif, pertimbangkan untuk mengubah kebiasaan tersebut. Gaya berkendara yang agresif, seperti melakukan akselerasi mendadak, dapat menyedot lebih banyak bahan bakar.
Oleh karena itu, hindari menginjak pedal gas terlalu dalam agar penggunaan bahan bakar dapat terkontrol. Jangan lupa, Anda juga dapat memanfaatkan fitur Eco Driving yang sudah umum terdapat pada mobil-mobil terbaru. Dengan menggunakan fitur ini, sistem pada mobil akan secara otomatis mengoptimalkan penggunaan bahan bakar untuk efisiensi yang lebih baik.
Pilih oli yang tepat
Pemilihan oli mesin juga memiliki dampak pada konsumsi bahan bakar. Oleh karena itu, disarankan kepada pemilik mobil untuk selalu memilih oli yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan.
Meskipun dapat memilih merek oli yang berbeda, pastikan tingkat kekentalan atau SAE oli sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Hindari mengganti oli dengan spesifikasi yang lebih encer dari yang direkomendasikan untuk mobil tersebut.
Ini adalah pemahaman yang salah yang dapat memiliki konsekuensi serius, karena oli yang terlalu encer tidak membuat mesin bekerja lebih ringan. Setiap mobil telah dirancang dengan spesifikasi pelumasan yang sesuai dengan tingkat kepadatan dan gesekan komponen mesin.
Mengganti oli tanpa mempertimbangkan tingkat viskositas yang tepat dapat mengakibatkan distribusi pelumasan yang tidak optimal. Spesifikasi oli yang terlalu encer dapat meningkatkan suhu secara signifikan.